Telur Rebus dan Kecap Sinar Langkat

 Telur Rebus dan Kecap Sinar Langkat


"An..., Cal..., Bis..., moh makan"

Demikian sebuah suara yg tinggi memanggil aku dan adik-adikku untuk makan malam itu.

Di tengah rumah telah digelar selembar tikar pandan cukup untuk berenam. Ditengah hidangan ada nasi panas dan semacam hidangan istimewa kami. Rebus telur ayam dan kecap asin sinar langkat cap dua panah.

Tanpa menunggu adik perempuanku Wiwik yg menempati urutan keempat dalam perlombaan kelahiran menyiapkan air cuci tangan, tangan-tangan mungil mulai mengambil ancang-ancang tangan siapa yg duluan mencapai nasi di tengah hidangan. Tapi aku tidak, mataku tertuju ke telur rebus itu. Enam belahan, artinya ada 3 telur telah bersading dg air panas malam itu. Tapi kurasa bukan dalam panci rebus. Mak biasanya menyurukkan telur yg sudah dicuci itu dibalik air didih nasi yang mulai menggelegak. Setelah diaduk, telur dicemplungkan begitu saja. Tak lama nasi masak bersamaan dg telur tersebut.

Tiga telur telah pupus harapan menjadi penerus keturunan, artinya Mak telah mengeluarkan dua ribu rupiah di kedai cik Uma, si pedagang kelontong di samping rumah. Dua ribu itu jika tak dibeli telur, bisa digantikan dengan seliter minyak tanah untuk lampu semprong, atau setengah kilogram gula pasir untuk bekal kopi ayah berangkat jual es besok pagi. Ya, beliau tak pernah lepas dari botol wisky itu, isinya kopi, bukan alkohol.

Mataku masih menoleh telur rebus tersebut. Mencari mana belahan telur yg kuningnya lebih banyak. Ketika yg lain berebut nasi, ya aku memilih telur saja. Karena nasi pasti masih banyak di periuk, tapi bagian kuning telur yg lebih banyak, siapa yg jeli lah yg dapat bagian. Ya, aku.

Tiga puluh tahun yg lalu kejadin itu terbayang. Meski tikar pandan itu sudah tak ada lagi bersamaan juga dengan Mak yg membuatnya juga sama-sama telah tiada, sepertinya keceriaan seperti itu pun saat ini susah ditemukan. Walau aku sanggup membeli sepiring telur untuk sekali makan, namun tiada siapa sanggup menghadirkan kenangan masa kecil.

-----------------------------

@memory.

Andrimar, Psp, 20-02-2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyanyian Kecil

Menghimpun Kenangan (Puisi))

Pakaian Melayu